Ads

Ads

Selasa, 20 Januari 2015

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan

Posted by Unknown at Selasa, Januari 20, 2015 1 Comment

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Cibiran tentang jengkol sebagai makanan pengundang bau mulut khas serta bau pesing pada air seni sebaiknya mesti direvisi. Sebab, dengan formulasi bumbu khusus leluhur Sunda yang diwariskan secara turun temurun, jengkol bisa menjadi makanan yang renyah dan mengundang selera.

Wartawan Republika mewawancarai Asep Wahyu, seorang pengusaha makanan ringan berbahan dasar jengkol, yang sukses menyulap jengkol menjadi aneka produk Jengkis alias jengkol istimewa.

Dengan keyakinan tinggi makanan ringan (camilan) berbahan dasar jengkol akan banyak penggemarnya, Asep mulai memperkenalkan produk Jengkis kepada publik pada Maret 2014. Selain optimisme, Asep juga memutar otak agar bisa menjawab tuntutan kreativitas dunia usaha masa kini. Dua faktor inilah yang membuat Asep mencari objek produk yang berbeda, menarik perhatian, tapi tetap membuat konsumen senang. Jengkol menjadi jawabannya. Makanan yang selama ini kerap dianggap "kekasih gelap" justru dibaca sebagai peluang meraup rupiah.

"Alasannya sederhana, ini kan produk perdana dan belum ada saingannya di ranah dunia usaha," kata Asep.

Kecuali itu, Asep menuturkan, saat ini masih banyak yang senang makan jengkol kendati di antara mereka banyak pula yang gengsi. Alasannya karena jengkol dianggap makanan kampung dan menimbulkan bau mulut yang tak sedap.

Namun, ide brilian justru datang saat harga jengkol melambung tinggi. Makanan nan unik itu makin kian nyentrik lantaran harganya setara daging dalam takaran serupa. "Mulailah saya berpikir untuk mengolah jengkol seekslusif mungkin," ujar Asep.

Akhirnya, di tangan Asep, jadilah jengkol menjadi Jengkis. Selain jaminan rasa yang lezat dan teksturnya yang empuk, produk jengkol olahan Asep diklaim punya dampak yang baik bagi kesehatan karena bisa menyembuhkan dan bebas bahan pengawet. Apalagi, dampak bau khas jengkol yang kerap dikhawatirkan banyak orang pun dijamin sirna dari produk Jengkis. Semua berkat olahan jengkol berbumbu rendang racikan sang istri.

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Awalnya, Asep mulai memperkenalkan produknya dari mulut ke mulut, antarteman dan relasi, hingga beberapa pejabat pemerintah daerah setempat. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil termasuk dalam daftar sasaran konsumen produk Jengkis. "Syukurlah responsnya memuaskan. Testimoni positif meluncur dari mereka yang telah mencoba rasa rendang Jengkis," katanya.

Asep menceritakan, kebanyakan pembeli Jengkis menyukainya produk Asep dan kembali memesan keesokan harinya. Bahkan, rata-rata orang yang awalnya sama sekali tidak suka jengkol akhirnya jadi suka setelah makan Jengkis. Dampaknya, semakin banyak orang penasaran. Semua tak lain karena pembeli bisa makan jengkol nikmat tanpa meninggalkan bau mulut setelahnya.

Awalnya, produksi Jengkis dibuat berdasarkan pesanan yang hanya mencapai dua kilogram. Kini, pesanan Jengkis sudah bertambah menjadi lima kilogram per hari. Label "Juragan Jengkol" pun disematkan orang-orang di sekeliling Asep. Label itu tak membuat Asep malu, apalagi gengsi. Justru dia bangga bisa membawa jengkol eksis dan naik kelas. "Lagi pula, saya dapat rezeki yang halal karena Jengkis," ucapnya santai.

Setelah sosialisasi dari mulut ke mulut, Asep mulai merambah dunia maya dengan membuat blog sederhana beralamat di jengkolistimewa.blogspot.com. Melalui blog inilah Asep menjelaskan produk Jengkis. Mereka yang semula banyak salah paham dengan mengira Jengkis itu adalah kukis atau kerupuk basah, mendapatkan pemahaman yang benar melalui blog tersebut.

Di tengah masa sosialisasi, penggemar Jengkis terus bertambah. Namun, Asep belum memutuskan untuk mulai memasok produknya ke toko-toko kecil. "Kita nggak pernah memasok Jengkis. Dibuat dadakan saja biar fresh," katanya.

Per kemasan dengan berat 200 gram, dia jual seharga Rp 15 ribu. Dengan harga itu, keuntungan per bulan yang didapat Asep mencapai Rp 1,8 juta. 

"Memang belum besar, tapi ini kan baru awal menuju omzet yang lebih besar," kata Asep optimistis.

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Pada 2015, Asep ingin secara resmi meluncurkan Jengkis-nya berikut kios dan penyediaannya di outlet-outlet. Saat itu, dia menargetkan sudah memegang izin PIRT, cap halal MUI, dan perizinan pemasaran lainnya telah rampung. Dengan begitu, Asep yakin akan semakin leluasa merambah pasar nasional dan internasional.

Langkah awal sudah ia mulai. Berdasarkan pesanan via SMS dan telepon, order Jengkis sudah merambah wilayah Bogor, Banten, Jakarta, Serpong, Bekasi, dan Cirebon. Pengiriman dilakukan via layanan paket antarpos. Atas jaringan dan pendekatan relasi yang baik, sosialisasi Jengkis sudah sampai ke Malaysia, Korea, Arab Saudi, dan Australia.

Diceritakannya, dalam suatu pameran UKM, Kadin Belanda bahkan menantang untuk mengekspor produk tersebut ke negaranya. Sebab, di Belanda sedang berlangsung tren vegetarian. Maka, warga di sana sepertinya akan menyukai Jengkis yang tergolong makanan nonhewani sekaligus bisa menjadi pengganti terbaik daging pada rendang. Dari sana, ia semakin termotivasi.

"Akan ada waktunya, tapi sekarang kita ingin menyosialisasikannya ke pasar dalam negeri dulu sambil menyelesaikan legalitas," katanya.

Hambatan lainnya selain proses legalitas, yakni strategi memperpanjang masa kedaluwarsa. Diungkapkannya, saat ini masa kedaluwarsa Jengkis hanya sampai empat hari. Karena itu, ia baru memproduksi berdasarkan kemasan yang memang jelas siapa konsumennya. Namun, kendala tersebut juga telah ia pikirkan solusinya.

"Yakni dengan pengemasan mesin vacuum sealer," katanya.

Harganya sekitar Rp 14 juta dan ia tengah mengumpulkan uang untuk membeli mesin tersebut. Jika mengemas dengan mesin vacuum sealer, daya tahan dan keawetan Jengkis bisa mencapai dua bulan. Penetapan waktu tersebut karena ia telah melakukan uji coba dengan menggunakan mesin vacuum sealer milik temannya. Dengan mesin, Jengkis bisa bertahan tanpa perubahan rasa.

Biodata
Nama: Asep Wahyu
Usia: 44 Tahun
Alamat: Kompleks Resko-Sukup Lama, Ujung berung, Bandung, Jawa Barat.
Alamat Page : Jengkol Istimewa
Nomor kontak: 081394212997 dan 085795544488


source :




Tags:

Share This Post

Get Updates

Subscribe to our Mailing List. We'll never share your Email address.

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

Recent Articles

Blogroll

Recent News

back to top