Ads

Ads

Featured Posts

Sabtu, 24 Januari 2015

Yuk mengenal Jengkol.

Posted by Unknown at Sabtu, Januari 24, 2015 0 Comments
Yuk mengenal Jengkol.
Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. 

Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap.

Jengkol (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum) atau jering adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. 

Orang Barat menyebutnya sebagai dog fruit. Bijinya digemari di Malaysia (disebut "jering"), Myanmar (disebut "da nyin thee'"), dan Thailand (disebut "luk-nieng" atau "luk neang"). Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan.

Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.


Karakter biji Jengkol
Bijinya dalam keadaan matang keras, namun berubah menjadi lunak dan empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Tekstur inilah yang membuatnya disukai, walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit. 

Kulit biji memiliki getah berwarna keunguan yang meninggalkan jejak yang sulit dihapus dari pakaian. Semakin tua,warna biji akan mengarah ke warna kuning dan akhirnya merah atau coklat setelah benar-benar matang.

Aromanya agak menyerupai petai tetapi lebih lemah. Namun setelah dikonsumsi, tubuh akan mengeluarkan bau menyengat melalui urin, feses dan keringat, yang dipercaya lebih mengganggu dibanding mengkonsumsi petai.

Pengolahan
Biji jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah. Olahan paling umum adalah disemur, dan dikenal oleh orang Sunda sebagai ati maung atau "hati macan". Jengkol dapat pula digoreng, dengan atau tanpa balado, atau digulai. Setelah diolah, jengkol akan mengeluarkan aroma khasnya yang bagi sebagian orang dianggap dapat menggugah selera dan memiliki citarasa yang khas; sedikit kelat dengan tekstur agak liat.

Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti halnya emping dari melinjo, dengan cara ditumbuk/digencet hingga pipih, dikeringkan dan digoreng dengan minyak panas.

Efek negatif bau sebenarnya dapat dikurangi dengan perendaman atau perebusan.

Gangguan kesehatan
Biji jengkol sedikit beracun karena adanya kandungan asam jengkol, sebuah asam amino yang dapat menyebabkan djenkolism (keracunan biji jengkol). Gejala yang muncul antara lain terjadinya kejang otot, pirai, retensi urin, dan gagal ginjal akut. Kondisi tersebut terutama dialami pria, dan tidak bergantung dari berapa jumlah biji yang disiapkan. Setiap individu dapat dapat mengonsumsi jengkol tanpa insiden, tapi dapat mengalami gagal ginjal pada kesempatan yang lain.

Memakan jengkol dalam jumlah sedikit menciptakan masalah penampilan, karena menghasilkan bau mulut, keringat, feses, dan urin. Sebenarnya bau ini bisa diatasi dengan membersihkan diri dengan peralatan kebersihan yang mengandung pengharum, seperti pasta gigi, cairan kumur, sabun, dan deodoran. Bau pada waktu kencing dapat dikurangi apabila pembilasan dilakukan sebelum dan sesudah kencing dengan jumlah air yang cukup atau bila perlu dibilas dengan cairan pembersih.

Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran urin, yang disebut "jengkolan". Ini terjadi karena jengkol mengandung asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada pH yang asam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan terbentuknya kristal dan mengganggu urinasi. Risiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan dipengaruhi secara genetik dan oleh lingkungan.

Manfaat kesehatan
Dari segi nutrisi, jengkol memiliki vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Namun karena efek samping yang ditimbulkan, maka konsumsinya menjadi terbatas.

Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili  : Mimosoideae
Genus : Archidendron
Spesies : Archidendron pauciflorum 



Selasa, 20 Januari 2015

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan

Posted by Unknown at Selasa, Januari 20, 2015 1 Comment
Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Cibiran tentang jengkol sebagai makanan pengundang bau mulut khas serta bau pesing pada air seni sebaiknya mesti direvisi. Sebab, dengan formulasi bumbu khusus leluhur Sunda yang diwariskan secara turun temurun, jengkol bisa menjadi makanan yang renyah dan mengundang selera.

Wartawan Republika mewawancarai Asep Wahyu, seorang pengusaha makanan ringan berbahan dasar jengkol, yang sukses menyulap jengkol menjadi aneka produk Jengkis alias jengkol istimewa.

Dengan keyakinan tinggi makanan ringan (camilan) berbahan dasar jengkol akan banyak penggemarnya, Asep mulai memperkenalkan produk Jengkis kepada publik pada Maret 2014. Selain optimisme, Asep juga memutar otak agar bisa menjawab tuntutan kreativitas dunia usaha masa kini. Dua faktor inilah yang membuat Asep mencari objek produk yang berbeda, menarik perhatian, tapi tetap membuat konsumen senang. Jengkol menjadi jawabannya. Makanan yang selama ini kerap dianggap "kekasih gelap" justru dibaca sebagai peluang meraup rupiah.

"Alasannya sederhana, ini kan produk perdana dan belum ada saingannya di ranah dunia usaha," kata Asep.

Kecuali itu, Asep menuturkan, saat ini masih banyak yang senang makan jengkol kendati di antara mereka banyak pula yang gengsi. Alasannya karena jengkol dianggap makanan kampung dan menimbulkan bau mulut yang tak sedap.

Namun, ide brilian justru datang saat harga jengkol melambung tinggi. Makanan nan unik itu makin kian nyentrik lantaran harganya setara daging dalam takaran serupa. "Mulailah saya berpikir untuk mengolah jengkol seekslusif mungkin," ujar Asep.

Akhirnya, di tangan Asep, jadilah jengkol menjadi Jengkis. Selain jaminan rasa yang lezat dan teksturnya yang empuk, produk jengkol olahan Asep diklaim punya dampak yang baik bagi kesehatan karena bisa menyembuhkan dan bebas bahan pengawet. Apalagi, dampak bau khas jengkol yang kerap dikhawatirkan banyak orang pun dijamin sirna dari produk Jengkis. Semua berkat olahan jengkol berbumbu rendang racikan sang istri.

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Awalnya, Asep mulai memperkenalkan produknya dari mulut ke mulut, antarteman dan relasi, hingga beberapa pejabat pemerintah daerah setempat. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil termasuk dalam daftar sasaran konsumen produk Jengkis. "Syukurlah responsnya memuaskan. Testimoni positif meluncur dari mereka yang telah mencoba rasa rendang Jengkis," katanya.

Asep menceritakan, kebanyakan pembeli Jengkis menyukainya produk Asep dan kembali memesan keesokan harinya. Bahkan, rata-rata orang yang awalnya sama sekali tidak suka jengkol akhirnya jadi suka setelah makan Jengkis. Dampaknya, semakin banyak orang penasaran. Semua tak lain karena pembeli bisa makan jengkol nikmat tanpa meninggalkan bau mulut setelahnya.

Awalnya, produksi Jengkis dibuat berdasarkan pesanan yang hanya mencapai dua kilogram. Kini, pesanan Jengkis sudah bertambah menjadi lima kilogram per hari. Label "Juragan Jengkol" pun disematkan orang-orang di sekeliling Asep. Label itu tak membuat Asep malu, apalagi gengsi. Justru dia bangga bisa membawa jengkol eksis dan naik kelas. "Lagi pula, saya dapat rezeki yang halal karena Jengkis," ucapnya santai.

Setelah sosialisasi dari mulut ke mulut, Asep mulai merambah dunia maya dengan membuat blog sederhana beralamat di jengkolistimewa.blogspot.com. Melalui blog inilah Asep menjelaskan produk Jengkis. Mereka yang semula banyak salah paham dengan mengira Jengkis itu adalah kukis atau kerupuk basah, mendapatkan pemahaman yang benar melalui blog tersebut.

Di tengah masa sosialisasi, penggemar Jengkis terus bertambah. Namun, Asep belum memutuskan untuk mulai memasok produknya ke toko-toko kecil. "Kita nggak pernah memasok Jengkis. Dibuat dadakan saja biar fresh," katanya.

Per kemasan dengan berat 200 gram, dia jual seharga Rp 15 ribu. Dengan harga itu, keuntungan per bulan yang didapat Asep mencapai Rp 1,8 juta. 

"Memang belum besar, tapi ini kan baru awal menuju omzet yang lebih besar," kata Asep optimistis.

Jengkis Mengubah Jengkol Menjadi Camilan
Pada 2015, Asep ingin secara resmi meluncurkan Jengkis-nya berikut kios dan penyediaannya di outlet-outlet. Saat itu, dia menargetkan sudah memegang izin PIRT, cap halal MUI, dan perizinan pemasaran lainnya telah rampung. Dengan begitu, Asep yakin akan semakin leluasa merambah pasar nasional dan internasional.

Langkah awal sudah ia mulai. Berdasarkan pesanan via SMS dan telepon, order Jengkis sudah merambah wilayah Bogor, Banten, Jakarta, Serpong, Bekasi, dan Cirebon. Pengiriman dilakukan via layanan paket antarpos. Atas jaringan dan pendekatan relasi yang baik, sosialisasi Jengkis sudah sampai ke Malaysia, Korea, Arab Saudi, dan Australia.

Diceritakannya, dalam suatu pameran UKM, Kadin Belanda bahkan menantang untuk mengekspor produk tersebut ke negaranya. Sebab, di Belanda sedang berlangsung tren vegetarian. Maka, warga di sana sepertinya akan menyukai Jengkis yang tergolong makanan nonhewani sekaligus bisa menjadi pengganti terbaik daging pada rendang. Dari sana, ia semakin termotivasi.

"Akan ada waktunya, tapi sekarang kita ingin menyosialisasikannya ke pasar dalam negeri dulu sambil menyelesaikan legalitas," katanya.

Hambatan lainnya selain proses legalitas, yakni strategi memperpanjang masa kedaluwarsa. Diungkapkannya, saat ini masa kedaluwarsa Jengkis hanya sampai empat hari. Karena itu, ia baru memproduksi berdasarkan kemasan yang memang jelas siapa konsumennya. Namun, kendala tersebut juga telah ia pikirkan solusinya.

"Yakni dengan pengemasan mesin vacuum sealer," katanya.

Harganya sekitar Rp 14 juta dan ia tengah mengumpulkan uang untuk membeli mesin tersebut. Jika mengemas dengan mesin vacuum sealer, daya tahan dan keawetan Jengkis bisa mencapai dua bulan. Penetapan waktu tersebut karena ia telah melakukan uji coba dengan menggunakan mesin vacuum sealer milik temannya. Dengan mesin, Jengkis bisa bertahan tanpa perubahan rasa.

Biodata
Nama: Asep Wahyu
Usia: 44 Tahun
Alamat: Kompleks Resko-Sukup Lama, Ujung berung, Bandung, Jawa Barat.
Alamat Page : Jengkol Istimewa
Nomor kontak: 081394212997 dan 085795544488


source :




JENGKIS BALADO

Posted by Unknown at Selasa, Januari 20, 2015 0 Comments

Minggu, 04 Januari 2015

JENGKIS Road to BALI

Posted by Unknown at Minggu, Januari 04, 2015 1 Comment


Kamis, 18 Desember 2014

JENGKIS goes to Australia

Posted by Unknown at Kamis, Desember 18, 2014 0 Comments
JENGKIS goes to Australia
Kevin adalah salah satu peserta Master chef Indonesia yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun TV  swasta. 
Dia sangst suka sekal dengan JENGKIS, bahkan ketika liburan dan Natal ini dia berkunjung ke Australia membawa bekal dan oleh oleh buat Saudaranya yang di Aussie yaitu nembawa JENGKIS saking mindednya.

Rabu, 17 Desember 2014

JENGKIS sang Jengkol Istimewa.

Posted by Unknown at Rabu, Desember 17, 2014 0 Comments
JENGKIS sang Jengkol Istimewa.
Tampilan yang apik dijepret oleh seorang photografer profesional menghasilkan gambar yang begitu menakjubkan...

JENGKIS memang JENGKOL ISTIMEWA yang layak untuk anda nikmati bersama keluarga yang anda cintai.

Bisa juga sebagai oleh oleh atau pun bingkisan bagi sahabat, kolega ataupun Relasi yang minded terhadap jengkol dijamin tidak akan kecewa dan mengecewakan

Recent Articles

Blogroll

Recent News

back to top